Alquran: Tuntunan bukan Tontonan
Alquran: Tuntunan bukan Tontonan
Oleh : Fadlan Khoiri, S.Th.I
(Penulis adalah Ketua Pusat Kampung Qur’ani Bidang Tilawah Alquran dan
Mahasiswa Program Pascasarjana (S2) UIN Sumatera Utara Prodi Ilmu Hadis)
Oleh : Fadlan Khoiri, S.Th.I
(Penulis adalah Ketua Pusat Kampung Qur’ani Bidang Tilawah Alquran dan
Mahasiswa Program Pascasarjana (S2) UIN Sumatera Utara Prodi Ilmu Hadis)
Alquran adalah pedoman bagi semua manusia, umat Islam khususnya. Sebagai pedoman
Alquran harus senantiasa hadir di dalam kehidupan kita. Karena kehidupan yang kita jalani
adalah kehidupan sementara. Karena kita yakin ada kehidupan yang abadi setelah kehidupan
yang akan berlalu saat ini. Allah Swt. berfirman: “mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal
kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-
Nya kembali, kemudian kepada-Nya- lah kamu dikembalikan?” (QS. Al Baqarah: 28) Ayat ini
menginformasikan kepada kita bahwa semua yang telah dihidupkan oleh Allah Swt. akan mati
dan akan hidup selamanya dengan kembali kepada-Nya.
Dalam menjalani kehidupan yang sementara ini, kita butuh modal dasar yang dapat
menunjukkan kita ke jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah jalan yang diridhai Allah Swt.
agar ketika kita kembali kepada Allah untuk selamanya, kita sudah siap untuk menerimanya.
Jalan tersebut bisa kita dapatkan melalui Firman-firman Allah yang telah dibawa oleh nabi
Muhammad Saw. yakni Alquran. Kita harus paham apa itu Alquran sebelum membacanya
kemudian mengamalkannya. Karena jika kita tidak paham maka hal itulah yang menjadikan
Alquran hanya sebagai tontonan bukan tuntunan.
Pengertian
Abdul Wahhab Khalaf dalam bukunya “Ushul Fiqh” menyatakan bahwa: Alquran adalah
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., Muhammad bin Abdullah, melalui
Jibril dengan menggunakan lafadz Bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi
hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi imam bagi manusia, memberi
petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah
kepada Allah dengan membacanya. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al Fatihah
dan diakhiri dengan surat An Nas, disampaikan kepada kita secara mutawattir dari generasi ke
generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan pergantian.
Kehujjahan
Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa “kehujjahan Al-Qur’an itu terletak pada
kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasnya”. Hal ini
sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi : “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 2)
Berdasarkan ayat di atas yang menyatakan bahwa kebenaran Alquran itu tidak ada
keraguan padanya, maka seluruh hukum-hukum yang terkandung di dalam Alquran merupakan
aturan-aturan Allah yang wajib diikuti oleh seluruh ummat manusia sepanjang masa hidupnya.
M. Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan Alquran” menjelaskan bahwa “seluruh
Alquran sebagai wahyu, merupakan bukti kebenaran Nabi Saw. sebagai utusan Allah, tetapi
fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh ummat manusia”.
Aplikasi
Kita semua mengetahui bahwa Alquran adalah petunjuk bagi umat Islam khususnya,
namun fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat saat ini tidak mencerminkan bahwa
Alquran adalah petunjuk, bukan menjadi tuntunan tetapi hanya menjadi tontonan.
Bisa kita lihat dari beberapa peristiwa yang belakangan ini mencuat di masyarakat salah
satunya dengan kehadiran tokoh non Muslim yang tidak pantas berdalihkan ayat-ayat Alquran,
dengan membawa-bawa surat al-Maidah ayat 51. Lantas, hal ini langsung naik ke permukaan.
Bukan si pelontar kalimat tersebut yang mau kita jadikan bahan renungan, karena apa yang
dilakukannya jelas telah menodai Alquran dan merusak keharmonisan, tetapi mengapa harus hal
ini terjadi barulah kita tersentak untuk mengkaji tentang surat al-Maidah ayat 51?
Surat al-Maidah adalah salah satu surah yang ada dalam Alquran, namun masih banyak
lagi ayat-ayat yang harus kita baca, kita fahami, dan kita amalkan dalam kehidupan dunia ini,
yang pada akhirnya kita mengharapkan kebahagiaan di akhirat nanti sesuai dengan amalan yang
telah kita perbuat.
Hal ini harus kita dengungkan di tengah-tengah masyarakat bahwa Alquran jangan hanya
menjadi tontonan, yang dapat dipajang dilemari-lemari, di rak-rak rumah yang tidak tersentuh
sama sekali dalam sehari. Tetapi jadikan Alquran sebagai tuntunan bagi kita, sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh Rasul Saw. “Aku tinggalkan kepadamu (sekalian) dua perkara jika kalian
berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya; yaitu Alquran dan
Sunnah Nabi” (HR. Al Hakim).
Dalam Hadis tersebut kita diberitahukan oleh Nabi Saw. agar terus berpegang teguh
kepada Alquran dan Sunnah maka tidak akan tersesat selama-lamanya. Maka dari itu, kita baca
Alquran setiap hari, kita ajarkan anak-anak generasi muda kita umtuk lebih dekat kepada
Alquran. Kita tanamkan sejak dini bahwa Alquran sumber dari segala ilmu, sumber pembuka
rezeki, dan sumber pendekatan kepada Ilahi Rabbi.
Inilah yang coba kami lakukan di “Pusat Kampung Qur’ani”, step by step mencoba untuk
menanamkan rasa cinta generasi muda Islam terhadap Alquran. Insya Allah, apabila telah
terbangun kecintaan kita terhadap Alquran, Allah pasti akan memberikan keberkahan dalam
hidup kita. Semoga kita yang senantiasa membaca dan mengamalkan Alquran mendapatkan
gelar yang disampaikan oleh Nabi “tidak akan tersesat selama-lamanya” yakni gelar yang tidak
dapat direvisi apa lagi di bohongi oleh kalimat-kalimat dari orang yang tak pasti.
Wallahu A’lamu.